Cara Membaca Hasil Uji Emisi Gas Buang Kendaraan

Cara Membaca Hasil Uji Emisi Gas Buang Kendaraan - Melakukan uji emisi gas buang memang semestinya wajib dilakukan secara rutin oleh para pemilik kendaraan bermotor, karena melakukan uji emisi gas buang sebenarnya membawa manfaat. Intinya dengan melakukan uji emisi gas buang bisa membuat pemilik mengetahui kondisi atau masalah yang dialami oleh mesin. Saat uji emisi dan gas buang, ada sejumlah parameter kandungan emisi gas buang yang keluar yaitu seperti :
  • CO (%)
  • HC (ppm) 
  • CO² (%)
  • O² (%)
  • Lambda (λ)
  • AFR (Air Fuel Ratio)
Akan tetapi yang menjadi fokus adalah CO dan HC. Utamanya karena CO dan HC merupakan gas buang yang bersifat racun bagi manusia dan bisa menimbulkan beberapa penyakit. Selain itu, HC dan CO merupakan gas sisa yang langsung mencerminkan kinerja mesin. Kalau CO tinggi bisa berarti pembakaran kurang sempurna akibat kurangnya udara dalam campuran dengan bahan bakar.

Sedangkan gas HC menunjukkan bahan bakar yang tidak terbakar. Selain itu fungsi lain tentu akan mengirit bahan bakar serta mengoptimalkan tenaga mesin mobil. Selanjutnya lingkungan akan sehat karena udara bersih. Dan yang terakhir kerusakan pada bagian-bagian mesin mobil dapat diketahui sedini mungkin.

Untuk mobil-mobil keluaran baru yang dipasarkan di Indonesia saat ini sudah memiliki standar emisi EURO 4 untuk mobil bermesin bensin. Hal ini sesuai dengan  Peraturan Menteri LHK No.P. 20 Tahun 2017 Tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor roda 4 atau lebih Tipe Baru Katagori M, N dan O untuk pelaku industri.

Standar emisi Euro 4 disebutkan untuk kendaraan baru jenis kendaraan penumpang katagori M seperti sedan, SUV dan MPV berbahan bakar bensin dengan Gross Vehicle Weight (GVW), ambang batas maksimal emisi sama atau kurang dari 2,5 ton adalah CO 1.0 gram/km, HC 0.1/km, dan Nox 0.08/km.

Hal yang sama juga diberlakukan untuk GVW bahan bakar LPG. Sedangkan untuk kendaraan bahan bakar diesel CO 0,5 gram/km, Nox 0,25/km, PM 0.025 gram/km. Sebelum dikeluarkannya peraturan baru ini, standar ambang emisi kendaraan di Indonesia menggunakan standard Euro 2.

Berdasarkan data, ambang batas maksimal emisi untuk standar Euro 2 bagi jenis kendaraan penumpang dengan bahan bakar bensin atau gas adalah, NO sebesar 2,2 gram per km, HC + Nox 0,5 gram per km. Kendaraan jenis yang sama dengan bahan bakar diesel, ambang batas emisinya CO 1.0 gram per km, HC+NOx 1.0 gram per km dan PM 0,1 gram per kilo meter.

Cara Membaca Hasil Uji Emisi Gas Buang Yang Dihasilkan Kendaraan Bermotor


Print Out Hasil Uji Emisi

1. Hidrokarbon (HC)

Emisi gas buang HC menunjukkan bahan bakar yang tidak terbakar. Merupakan perubahan konsentrasi dan perbandingan udara dan bensin HC Dihasilkan dari  proses pembakaran yang  tidak sempurna.dan akibat dari pada uap bensin akibat oksidasi (oksidasi terbentuk karena jika uap bensin di panaskan). Bensin yang tidak terbakar keluar dari ruang bahan bakar dalam bentuk hidrokarbon yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti : akibat overloaping pada katup.

Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat di gas buang kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan terbuang bersama sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa hidrokarbon terbakar sempurna (bereaksi dengan oksigen) maka hasil reaksi pembakaran tersebut adalah karbondioksida (CO2) dan air (H2O).

2. Carbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah gas yang relative tidak stabil dan cenderung bereaksi dengan unsur lain. Gas karbon monoksida (CO) merupakan gas yang sangat - sangat sulit dideteksi karena gas CO tidak memiliki bau, rasa dan bentuk. Pada mesin injeksi elektronik atau EFI jika nilai CO tinggi, maka berarti pembakaran kurang sempurna akibat dari kurangngya campuran antara udara dengan bahan bakar. Untuk mesin EFI ambang batas nilai CO  adalah 1,5%, maka jika semakin kecil nilai CO maka semakin bagus.

3. Karbon Dioksida (CO²)

Bila karbon didalam bahan bakar terbakar dengan sempurna, akan terjadi reaksi yang menghasilkan CO². Apabila unsur oksigen udara tidak cukup, pembakaran tidak sempurna sehingga karbon didalam bahan bakar terbakar.

4. Oksigen (O²)

Konsentrasi O² menunjukkan secara langsung status proses pembakaran di ruang bakar. Perlu diingat bahwa sumber dari O² ini hanya ruang bakar dan CC. Nilai O² yg efisien adalah 0,5% sampai 2%. Nilai O² melebihi efisien yang diperkirakan karena knalpot bocor atau O² mengenai gas buang yang mengindikasikan pembakaran miskin (lean combustion) atau sebaliknya. O² sangat banyak dan berguna bagi tumbuh-tumbuhan pada proses asimilasi. Semakin tinggi subtansi O² dalam gas mengindikasikan bahwa semakin baik pembakaran dalam mesin.

5.  AFR (Air Fuel Ratio)

Air Fuel Ratio adalah faktor yang mempengaruhi kesempurnaan proses pembakaran didalam ruang bakar. AFR merupakan komposisi campuran bensin dan udara. Idelanya AFR bernilai 14,7 artinya campuran terdiri dari 1 bensin dan 14,7 udara biasa disebut stoichiometry.

Berikut pengaruh komposisi AFR pada kinerja mesin :

Campuran Miskin :
  • Tenaga mesin berkurang
  • Terkadang terjadi detonasi
  • Konsumsi bensin irit

Campuran Ideal :
  • Kondisi paling ideal

Campuran Kaya :
  • Bensin agak boros
  • Tidak terjadi detonasi
  • Mesin lebih bertenaga

6. Lambda (λ)

Data terakhir yang muncul di hasil uji emisi adalah lambda. Lambda itu menunjukan angka perbandingan ideal campuran bahan bakar dan udara di mesin dan nilai ideal dari lambda adalah 1. Umumnya Lambda yang diukur 0,980 sampai 1,2, kalau lebih atau kurang dari angka itu berarti campurannya tidak ideal